Terkoplak-koplak

Information blog

Kabar duka bagi pecinta musik rock. Drummer band asal California, Avenged Sevenfold, The Rev ditemukan tak bernyawa di kediamannya, di Huntington Beach.

Kejadian tersebut berlangsung Senin, 28 Desember waktu setempat. Sekitar pukul 1 siang, polisi mendapatkan panggilan dari kediaman The Rev.

Dilansir Register News, Selasa (29/12/2009), Letnan John Domingo dari kepolisian Huntington Beach, California Selatan, menyatakan The Rev meninggal secara wajar. Namun petugas otopsi The Orange Country masih menyelidiki kematian pria bernama asli James Owen Sullivan tersebut.

Kabar ini jelas mengejutkan, karena baru sepekan lalu band yang juga dikenal dengan nama A7X tersebut menyelesaikan materi album tergres mereka. A7X terakhir merilis album self-
titled di 2007.

Pada 23 September 2007 mereka pun sempat menggelar konser tur di Jakarta. Konser mereka meninggalkan kesan mendalam di hati pecintanya, bahkan penonton yang sekedar mencari hiburan. Rest in peace The Rev.

http://www.mypepito.info/2009/12/hot-news-drummer-avenged-sevenfold.html



Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengingatkan masyarakat akan bahaya akibat bakal maraknya sampah antariksa yang jatuh ke Bumi. Puncak potensi bahaya akibat sampah dari satelit yang tidak lagi terpakai ini terjadi pada 2012.

Hal itu diingatkan Thomas Djamaluddin, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan, di dalam acara Press Tour yang diadakan Kamis (10/12/2009). Acara ini diikuti sejumlah wartawan dari sejumlah media cetak ataupun elektronik.

"Pada saat itu, atmosfer Bumi akan menjadi lebih padat akibat pengaruh aktivitas iradiasi matahari di saat siklus puncak. Dengan kian padat, ada hambatan bagi satelit dalam bergerak. Kecepatan menjadi semakin rendah dan lama-lama kehilangan gravitasi dan ketinggian sehingga akan mudah jatuh," tutur profesor riset di bidang astronomi Lapan ini.

Saat itu, lanjut Thomas, diperkirakan hampir setiap hari sampah berupa satelit akan jatuh ke permukaan Bumi. Pada kondisi normal, rata-rata hanya dua satelit atau pecahannya yang jatuh per pekannya. Adapun jumlah sampah antariksa ini bisa mencapai 13.000 dalam ukuran lebih dari 1 sentimeter.

"Namun, masyarakat jangan panik," katanya. Menurut dia, peluang sampah antariksa ini untuk mengenai manusia atau obyek yang dimiliki manusia sangat kecil.

"Secara keseluruhan, Bumi ini kan luas. Mayoritas seperti laut, gurun, dan hutan tidak berpenghuni. Jadi, peluangnya kecil," ucapnya.

Thomas memberi contoh, sebuah satelit rusak yang berada di atas langit Indonesia memiliki peluang yang sama untuk bisa jatuh di Indonesia ataupun Arab Saudi dalam rentang jarak yang cukup jauh, yaitu 1.000 kilometer. "Makanya, ini sulit diprediksi akan jatuh di mana," ucapnya.

Pada 2003, saat terjadi puncak aktivitas matahari, Indonesia dihujani sampah-sampah ini. Pecahan yang jatuh sampai ke tanah, antara lain, di Bengkulu dengan ukuran 80 x 120 cm. Satelit Berposax juga sempat melintas di Indonesia pada Mei 2003. Pecahan yang terbesar, berukuran manusia, yaitu sisa Roket Soyus dan Cosmos terjadi pada Maret 1981 di Bengkulu.

Pernah pula dilaporkan sampah ini menimpa sapi, lalu SPBU. Namun, ini bukan di Indonesia, tutur Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa. (kompas.com)



Film 2012 yang ditayangkan di bioskop menyita perhatian publik di tanah air. Meskipun larangan menonton muncul dari Majelis Ulama Indonesia di berbagai daerah, antrean panjang calon penonton justru kian panjang.

Publik semakin penasaran, sementara di lain pihak MUI khawatir film ini bisa mengguncang keyakinan iman penonton. Titik kontroversi dari film Hollywood ini tidak lain adalah adegan kiamat yang menjadi pesan cerita film ini.

Padahal, jika dikaitkan dengan kajian sains, film ini tidak lain berangkat dari isapan jempol belaka. Ide kiamat di film ini berangkat dari ramalan Suku Maya bahwa pada 21 Desember 2012 akan terjadi kiamat di bumi.

Avivah Yamani dari Langit Selatan menepis ramalan ini. Ia mengatakan, prediksi kiamat bangsa Maya pada 21-12-2012 tidak lain karena di tanggal itu adalah akhir dari siklus kalender. Atau, dengan kata lain kehabisan angka. Sebab, penanggalan Maya berlandaskan sistem bi-desimal (bilangan 20).

Kejanggalan lain adalah mengenai bergesernya kerak dan lempeng bumi secara ekstrim akibat pengaruh badai Matahari seperti yang digambarkan di film itu. Di 2012 digambarkan bahwa lidah Matahari dapat menghasilkan neutrinos, yaitu semacam gelombang microwave yang dapat memanaskan suhu inti bumi.

Padahal, seperti yang diungkapkan Dhani Herdiwijaya, ahli Fisika Matahari dari Institut Teknologi Bandung, lidah Matahari adalah fenomena umum yang terjadi sepanjang siklus keaktifan Matahari selama 11 tahun. Aktifnya Matahari ini ditandai dengan kemunculan bintik hitam di permukaan.

Saat bintik hitam muncul, di perut Matahari terjadi rotasi aliran massa yang dapat mempengaruhi gaya medan magnetnya. Pada puncak aktivitasnya, medan magnet ini berpusar hingga menembus ke lapisan fotosfer.

Temperaturnya 4.000 4.500 derajat Kelvin, sangat kontras dengan suhu di sekelilingnya sebesar 5.800 derajat Kelvin. Aktivitas medan magnetik yang kuat di bintik matahari ini dapat memanaskan lapisan kromosfer Matahari dan menimbulkan flare (ledakan cahaya) dan Corona Mass Injection (CME).

Aktivitas Flare dan CME yang tinggi bisa menimbulkan badai antariksa. Partikel-partikel terlontar yang sampai ke bumi berdampak signifikan pada iklim di Bumi dan dapat juga menimbulkan badai magnetik yang bisa menganggu komunikasi radio.

Pendinginan global

Yang jadi persoalan, ucapnya, saat ini tengah terjadi kecenderungan penurunan aktivitas Matahari. Tingkat radiasi medan magnetik Matahari terus turun. Kini berada di titik minimal. Dalam beberapa tahun terakhir, bintik matahari juga sangat jarang terbentuk.

Untuk itu, ia merasa tidak yakin jika di 2012 bakal terjadi badai Matahari ekstrim seperti yang dispekulasikan masyarakat. Yang orang-orang tahu saat ini, Bumi tengah terjadi pemanasan global. "Padahal, sebetulnya, kita juga tengah menghadapi kemungkinan kondisi global cooling," ujar Dhani kemudian.

Jadi, jika pun terjadi kiamat, itu bisa jadi karena kita tidak dapat menggunakan peralatan telepon, televisi, dan jaringan komunikasi, secara sementara akibat pengaruh serangan gelombang elektromagnetik dari badai Matahari. Itu pun jika terjadi. (kompas.com)



Masyarakat tidak perlu terpancing dengan isu kiamat 2012. Sebab, berdasarkan kajian ilmiah, isu ini tidak memiliki dasar sains. Fenomena alam yang mungkin saja terjadi pada tahun itu adalah badai matahari.

"Isu kiamat 2012 adalah pseudoscience (tidak mengikuti metode ilmiah). Ada yang mengaitkannya dengan kemunculan Planet Nibiru, ada juga komet besar, yang secara astronomi sebetulnya tidak eksis," kata Thomas Djamaluddin, profesor astronomi-astrofisik dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di dalam acara Press Tour, Kamis (10/12/2009).

Lebih lanjut, ia menjelaskan, satu-satunya kemungkinan bencana alam akibat kondisi antariksa pada tahun 2012 itu adalah badai antariksa yang dipicu badai matahari. "Tetapi, kita pun tidak perlu khawatir juga. Belum tentu badai yang terjadi bisa mengarah langsung ke Bumi. Karena, Bumi kan terus berputar," tuturnya.

Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, Sri Kaloka, yang ikut hadir menjelaskan kepada wartawan bahwa isu kiamat 2012 berangkat pada mitos ramalan kalender Suku Maya. Namun, ia membenarkan kemungkinan terjadinya badai matahari yang besar pada tahun itu.

Puncak aktivitas matahari yang kini ada di siklus 24 ini awalnya diperkirakan terjadi pada 2012. Namun, kemudian bergeser pada 2013 karena aktivitas matahari sekarang masih minim. "Tetapi, karena ini terkait dengan statistik, masih terjadi perdebatan," ucapnya.

Ia menjelaskan, puncak siklus matahari yang ditandai dengan banyaknya bintik hitam di permukaan matahari dapat memicu kemunculan lidah-lidah api (corona mass ejection) yang membawa partikel-partikel berenergi tinggi. Jika sampai ke Bumi, partikel ini dapat mengganggu magnetosfer hingga ionosfer di Bumi.

Dampaknya dapat merusak satelit, alat komunikasi, dan kelistrikan di Bumi. Lontaran partikel miliaran ton juga bisa memengaruhi pola medan magnet di Bumi. "Ada makalah di Jerman yang menyebutkan bahwa burung-burung dara terganggu karena mereka memiliki navigasi yang terkait medan magnet di Bumi," paparnya.

Kasus konkret akibat pengaruh badai matahari terjadi pada tahun 2003. Ketika itu, banyak satelit yang kehilangan kontak dan tidak berfungsi. "Ketika itu Lapan juga mencatat terjadinya penurunan fungsi telekomunikasi di Tanah Air. Gelombang radio tinggi pun putus," ungkap Thomas kemudian.

Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lapan Clara Yono Yatini menambahkan, aktivitas yang unik pada matahari kerap menjadi bahan yang menarik untuk film sains fiksi. Sebagai contoh mengenai materi neutrinos dari matahari yang di film 2012 menjadi sumber petaka.

"Neutrinos ini kan biasa muncul dari matahari, tidak perlu harus ketika badai. Tidak seperti di film, materi yang tidak bermuatan dan tidak bermassa dan ditangkap di tanah ini mestinya tidak sampai mendidihkan magma di Yellow Stone," ucapnya. (kompas.com)

UFO Terlihat di Langit Bantul

Posted by Surya Oktafendri 0 komentar



Penampakan unidentified flying object (UFO) kembali terjadi di Indonesia. Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, melihatnya secara langsung dari dalam pesawat yang ditumpanginya dan bahkan sempat merekam beberapa foto objek misterius itu dengan kameranya. Peristiwa tersebut terjadi pada 16 Oktober 2009 saat Dudi dalam penerbangan dari Jakarta menuju Yogyakarta menggunakan pesawat Lion Air Boeing 737-900ER dengan nomor penerbangan JT552.

Ia tak pernah mengira sebelumnya kalau benda yang dipotretnya adalah UFO. "Jadi, waktu itu pesawat kami harus berputar sekali sebelum mendarat karena Garuda akan mendarat lebih dulu. Ketinggiannya di bawah 5.000 kaki di atas Bantul. Saya tertarik melihat keluar karena langit biru sekali tanpa awan. Saya lihat ada logo Lion Air di sirip sayap kiri. Waktu saya mau memotret, tiba-tiba ada cahaya blitz istilahnya blinking," kata Dudi menceritakan awal-awal kesaksiannya kepada Kompas.com, Rabu (09/12/2009) malam lewat telepon.

Dudi pun melanjutkan niatnya memotret sirip pesawat dengan logo maskapai penerbangan tersebut dengan latar belakang langit yang sangat cerah. Ketika melihat hasilnya, ia sangat terkejut karena muncul titik-titik cahaya yang misterius di dua foto hasil pemotretannya. Dudi menggunakan kamera Nikon 40DX dengan lensa Nikkor 55 mm.

"Di foto pertama terlihat tiga titik, dua solid lainnya berupa asap atau awan. Saya potret lagi menjadi 9 titik, 3 padat, 6 lainnya awan," kata Dudi.

Pemotretan pertama dilakukan pukul 09.03 dan hanya berselang beberapa detik dengan pemotretan kedua. Titik-titik cahaya langsung menghilang begitu Dudi mencoba mengambil gambar ketiga. Ia yakin titik-titik cahaya tersebut melayang di arah sekitar sirip karena jika karena noda di jendela, seharusnya tidak hilang. Apalagi, pesawat yang digunakannya pesawat baru dan jendelanya jernih sekali.

Penasaran dengan penampakan yang dilihatnya, Dudi kemudian mengirimkan kedua foto tersebut kepada Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Adi Sadewo Salatun melalui e-mail. Menurut Dudi, rangkaian foto tersebut mengejutkan Adi karena begitu diperbesar terlihat seperti terjadi proses materialisasi dari gas ke solid. "Istilahnya morphing, benda berubah dari solid menjadi gas atau sebaliknya dalam waktu singkat," kata Dudi.

Morphing merupakan salah satu fenomena kemunculan benda terbang misterius yang sampai saat ini belum terpecahkan asalnya. Dudi termasuk beruntung karena penampakan seperti itu biasanya berlangsung sangat cepat dalam hitungan detik. Meski banyak laporan sejenis, biasanya tak sempat terekam kamera.

Apakah yang sebenarnya dilihat Dudi? Wahana mahkluk asing kah? Pesawat mata-mata kah? Atau fenomena cahaya yang sesungguhnya lumrah? Misteri itulah yang selama berpuluh tahun berusaha dipecahkan para ilmuwan sehingga muncul istilah "benda terbang tak dikenal" alias UFO. (kompas.com)