Terkoplak-koplak

Information blog



Migrasi ke sistem operasi baru (OS) bisa merupakan sebuah tugas besar bagi organisasi, dari pemeriksaan kompatibilitas hardware, perencanaan kebutuhan sistem, backup data-data penting, sampai ke eksekusi aktual pada ratusan atau ribuan sistem dalam seluruh organisasi dan kantor-kantor cabangnya.

Meski demikian, migrasi tak dapat dihindarkan dengan sistem operasi yang semakin tertinggal dan habis masa penggunaannya, seluruh organisasi suatu saat harus melakukan migrasi. Sebagai contoh, banyak organisasi saat ini berpindah atau mempertimbangkan untuk beralih ke sistem operasi terbaru, Windows 7. International Data Corporation (IDC), perusahaan periset pasar, memperkirakan bahwa di akhir 2010 mendatang, hingga 177 juta unit Windows 7 akan laku terjual dan 19 persen tenaga kerja IT global akan menggunakan Windows 7.

Kesulitan migrasi tidak berarti berakhir sesaat setelah sistem operasi baru diinstalasikan. Bahkan meskipun setelah data berhasil dimigrasikan, tetap tidak ada garansi bahwa setting aplikasi, khususnya program-program dan aplikasi yang terinstalasi akan berlaku sama seperti di lingkungan sebelum migrasi.

Banyak waktu harus dihabiskan untuk memonitor seluruh proses migrasi, dan juga troubleshooting setelahnya. Bayangkan ini dalam skala yang lebih besar melibatkan ratusan atau bahkan ribuan komputer, kemudian kita bisa menilai seberapa penting keputusan migrasi terhadap sebuah organisasi.

Mengelola Ekspektasi dan Menangkap Peluang

Pada intinya, ada tiga area utama yang perlu diperhatikan saat akan memulai proyek migrasi. Bersiap-siap mengatasi setiap area akan membantu memastikan keberhasilan yang lebih baik dalam perencanaan migrasi dan komunikasi.

Pertama, manajemen puncak, seperti CIO, dan CFO, akan ingin tahu apakah migrasi perlu dilakukan segera atau bisa dilaksanakan belakangan, biaya migrasi dan bagaimana produktivitas end user bisa dilindungi. Kedua, IT manager, yang biasanya memimpin proyek, akan memperhatikan agar migrasi tetap efisien, efektif dari sisi biaya, dan berkesinambungan. Dan akhirnya, end user umumnya akan menuntut migrasi yang lancar di mana pekerjaan sehari-hari mereka tidak akan terganggu dan data tetap disimpan di tempat yang mudah dijangkau.

Baik memilih migrasi massal, migrasi per bagian atau migrasi bertahap, migrasi bisa menjadi saat yang tepat untuk membersihkan cadangan yang tersisa, memikirkan kembali lingkungan dan cara kerja pengguna, menyederhanakan administrasi user, dan mengatasi ketidakefisiensian dari implementasi sebelumnya. Organisasi bisa mengambil manfaat dari migrasi dengan menggunakannya sebagai peluang untuk mengotomatisasi proses manual, memperbaiki standarisasi, kesesuaian dan keamanan.

Sebagai contoh, migrasi ke sistem operasi baru merupakan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan dan meningkatkan proses dan inefisiensi di dalam organisasi agar lebih baik. Migrasi juga merupakan waktu yang tepat untuk membersihkan daftar dengan pemenuhan kebutuhan berbasis pengguna sesuai permintaan, digabungkan dengan konfigurasi standar dan perubahan terstruktur dari prosedur manajemen. Ini akan membantu memastikan keuntungan jangka panjang dari lingkungan yang berkesinambungan dan mudah dikelola.

Organisasi perlu juga mengambil kesempatan untuk melakukan standarisasi lingkungan IT mereka untuk membuat sistem lebih mendukung dan ulet. Standarisasi mereduksi kompleksitas, meningkatkan kemudahan pengelolaan dan kontrol terhadap lingkungan IT, dan menekan biaya operasional.

Sebagai tambahan, migrasi juga merupakan waktu yang tepat untuk membuat kebijakan untuk menyesuaikan metode terbaik yang sesuai dengan industri dan peraturan. Pengkajian yang komprehensif dari lingkungan IT selama migrasi bisa digunakan untuk mengidentifikasi kesesuaian dengan aturan dan kebutuhan untuk memperkuat pengelolaan IT.

Menghapus Kesulitan Migrasi

Beberapa organisasi telah memiliki waktu dan personil untuk migrasi manual secara bertahap dan sangatlah tidak mungkin untuk memigrasi ribuan atau bahkan ratusan komputer secara manual. Sebagian besar kesulitan migrasi bisa dipermudah dengan solusi terotomatisasi.

Sebuah platform manajemen sistem otomatis bisa membuat sebuah image satu kali dan mengirimkannya ke banyak mesin sebagai bagian dari proses terotomatisasi dengan kehadiran personil yang minimal dan utilisasi bandwidth jaringan yang bijak.

Sebagai tambahan, untuk memastikan migrasi bebas risiko, organisasi perlu membackup data mereka sebelum migrasi dimulai. Kurangnya backup yang memadai dan proteksi perlindungan untuk desktop dan laptop membuat organisasi memiliki risiko hilangnya data bisnis penting dan merusak produktivitas saat migrasi. Backup juga menyediakan perlindungan jangka panjang dari kegagalan sistem di masa datang, kesalahan manusia, atau bencana.

Pertimbangan penting lain dalam perencanaan migrasi adalah manajemen pasca migrasi, proyek migrasi membuat seluruh bagian yang dibutuhkan untuk membangun kemampuan manajemen penuh ke dalam infrastruktur. Otomatisasi membantu mengamankan dan mengelola sumber daya IT jauh setelah migrasi selesai dan menangani pengiriman sesuai permintaan untuk aplikasi yang jarang digunakan.

Memiliki metode manajemen sistem yang baik bisa mereduksi biaya perawatan secara lebih lanjut. Kalikan ini dengan jumlah PC dalam organisasi dan akan jelas bagaimana PC yang dikelola dengan baik bisa menyelamatkan organisasi. Solusi migrasi otomatis memungkinkan manajemen yang efektif dari sistem client di sepanjang siklus hidupnya.

Contoh dari solusi migrasi yang sanggup melakukan itu antara lain adalah Symantec Altiris Deployment Solution dan Altiris Client Management Suite, keduanya merupakan solusi manajemen siklus terintegrasi untuk client, server, mobile, dan aset IT lainnya.

John Lee

Director, Channel & Alliance, Asia South Region and Country Director,
Indonesia, Symantec (okezone.com)

Categories:

0 Response for the "Mengubah Kesulitan Migrasi Menjadi Peluang"

Posting Komentar